Di kesempatan kali ini saya akan share info dan prosedur
kerja mengenai “Analisa Kadar Hidrogen Peroksida metode Permanganometri”.
Sekedar catatan pribadi seorang siswa jurusan Kimia Analis yang sedang
cenut-cenut menghadapi semester terakhir sekolahnya (Sekolah di SMK selama 8
semester itu sesuatu sekali, mas bro!). Selamat menyimak...jangan lupa
tinggalkan jejak.
Apa itu Permanganometri?
Permanganometri adalah salah satu metode titrasi redoks yang
menggunakan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4).
Larutan Kalium
Permanganat ini memiliki warna yang sangat kuat yaitu ungu tua, sehingga TIDAK
diperlukan indikator luar untuk menentukan titik akhir titrasinya, atau disebut
juga autoindikator (berbeda dengan titrasi asam basa yang biasanya diberi
indikator luar seperti fenolftalein atau metil orange, pokoknya permanganometri
tidak butuh indikator).
Permanganometri bisa dilakukan dalam suasana asam, basa
maupun netral. Namun dalam suasana asam, KMnO4 ini bertindak sebagai
oksidator kuat, karena ion Mn7+ akan tereduksi menjadi ion Mn2+
(ingat kan prinsip reaksi redoks tentang penurunan bilangan oksidasi, kan?)
Perhatikan reaksinya!
MnO4- + 8H+ + 5e- => Mn2+ +4H2O
Permanganometri dalam suasana asam
Dalam analisa Kadar Peroksida, kita akan melakukan titrasi
permanganometri dalam suasana asam, yaitu dengan menggunakan asam sulfat atau H2SO4.
Mengapa harus H2SO4? Karena unsur S dalam H2SO4
telah berada dalam tingkat oksidasi yang paling tinggi, yaitu +6, sehingga
tidak akan teroksidasi lebih lanjut lagi.
Kita tidak bisa menggunakan asam lain seperti HCl karena
unsur Cl masih bisa teroksidasi menjadi Cl2.
Standardisasi KMnO4
Kalium Permanganat adalah larutan baku sekunder. Sebelum
melakukan analisa dengan menggunakan larutan ini, kita harus melakukan
standardisasi dengan larutan baku primer Asam oksalat (H2C2O4)
atau Natrium Oksalat (Na2C2O4).
Larutan baku primer ditambahkan asam H2SO4 dan dipanaskan,
kemudian dititrasi untuk menentukan konsentrasi sebenarnya dari KMnO4 yang akan
digunakan dalam analisa, dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2
Alat dan Bahan
-
Neraca Analitik (1 buah)
-
Botol timbang (1 buah)
-
Spatula (1 buah)
-
Labu ukur 100 ml (1 buah)
-
Gelas ukur 50 ml (1 buah)
-
Hot plate dan kasa (1 buah)
-
Pipet ukur 10 ml (1 buah)
-
Pipet volume 10 ml (1 buah)
-
Buret 50 ml (1 buah)
-
Klem dan statif (1 buah)
-
Enlemeyer 250 ml (3 buah)
-
Termometer (1 buah)
-
Corong kaca (1 buah)
-
Botol semprot (1 buah)
-
Batang pengaduk (1 buah)
-
Lap dan Tissue
-
Aquadest
-
Larutan KMnO4 0,1 N
-
Larutan H2SO4 8 N
-
Larutan H2SO4 1:5
-
Kristal H2C2O4
-
Larutan sampel
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan larutan baku primer
-
Timbang kristal H2C2O4 atau Na2C2O4 untuk
membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak 100 ml
-
Rumus :
Contoh, kita akan membuat larutan H2C2O4 0,1 N sebanyak 100 ml,
maka :
Ingat bahwa Massa molekul relatif H2C2O4.2H2O adalah 126, dan
valensinya adalah dua.
Dengan persamaan di atas, kita bisa mencari nilai dari
“massa”. Itulah massa kristal H2C2O4 yang harus kita timbang untuk mendapatkan
larutan H2C2O4 0,1 N sebanyak 100 ml.
-
Tuang kristal yang sudah ditimbang ke
dalam labu ukur 100 ml. Bilas botol timbang dengan aquadest agar tidak ada
kristal yang masih menempel di botol timbang (pastikan semua kristal masuk ke
labu ukur).
-
Tuang aquadest dengan menggunakan botol
semprot sampai tanda tera.
-
Tutup labu ukur dan kocok sampai homogen
-
Simpan dan beri label
2.
Standardisasi
-
Ambil 100 ml aquadest, masukkan ke dalam
enlemeyer.
-
Panaskan sampai 70 derajat Celcius
(gunakan termometer untuk memastikan suhunya)
-
Tambahkan 5 ml H2SO4 8 N
-
Tambahkan 10 ml larutan H2C2O4 0,1 N yang
tadi sudah dibuat.
-
Titrasi dengan larutan KMnO4 yang akan
digunakan untuk analisa sampai warnanya pink muda. Usahakan tidak terlalu
pekat.
-
Catat berapa volume KMnO4 yang terpakai
sampai titik akhir titrasi!
-
Masukkan ke dalam rumus : N1 x
V1 = N2 x V2
V1 = volume KMnO4 yang terpakai dalam
titrasi
N2 = Normalitas larutan baku (H2C2O4)
yaitu 0,1
V2 = Volume larutan baku (H2C2O4) yang
tadi dituang, yaitu 10 ml
Misal volume KMnO4 yang terpakai dalam
titrasi adalah 8,4 ml, maka :
N1 x 8,4 = 0,1 x 10.
Setelah kita menemukan nilai dari N1, catat dan simpan nila
tersebut untuk perhitungan lebih lanjut.
3.
Titrasi sampel
-
Ambil 10 ml sampel yang mengandung H2O2
yang akan dianalisa, masukkan ke dalam enlemeyer.
-
Tambahkan 100 ml aquadest.
-
Panaskan sampai dinding enlemeyer
berembun cukup banyak
-
Tambahkan 8 ml H2SO4 1:5
-
Titrasi dengan KMnO4 yang tadi sudah
distandardisasi sampai berwarna pink muda
-
Catat volumenya!
4.
Kalkulasi
Rumus yang digunakan untuk menentukan
kadar H2O2 (dalam %) adalah :
Normalitas KMnO4 yang dimaksud adalah
normalitas yang tadi sudah dihitung dari proses standardisasi (N1).
Volume KMnO4 yang dimaksud adalah volume
yang terpakai selama titrasi sampel.
Berat ekuivalen H2O2 adalah 17.
Volume sampel adalah volume yang kita
ambil saat akan titrasi, yaitu 10 ml.
Titrasi standardisasi atau titrasi sampel
bisa dilakukan secara duplo. Sebagai tips praktikum, permanganometri harus
dilakukan dalam keadaan panas, dan semua peralatan harus dicuci dan dibilas
aquadest sebelum digunakan untuk praktikum. Jangan lupa gunakan APD (terutama
sarung tangan dan masker), dan terapkan Good Laboratory Practice di setiap
langkah!
Jika titrasi gagal dan membentuk larutan
berwarna cokelat tua, berarti larutan kurang panas. Atau titrasi dilakukan
secara terburu-buru (titrasi yang terburu-buru akan membentuk MnO2 yang
merupakan katalisator dalam penguraian H2O2).